Motivasi
adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama.Contoh pada Terry Fox. Mengapa Terry Fox
menyelesaikan larinya? Ketika Terry Fox masuk rumah sakit karena kanker,
dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup
maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker.
Jadi, motivasi dari tidakannya berlari itu adalah untuk memberi tujuan
bagi hidupnya dengan membantu orang lain yang mengidap kanker. Tindakan
Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan) dan gigih
(bertahan lama). Selama berlari melintasi Kanada, dia menjumpai banyak
rintangan. Tindakannya merupakan contoh dari bagaimana motivasi dapat
membantu kita bertahan dan mencapai sesuatu.Seperti
contoh Terry Fox,motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di
balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat,
punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Jka murid tidak
menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika
murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan
makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dia
mempunyai motivasi besar. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Motivasi Ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mencapi tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan atau hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar
keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Motivasi intrinsik adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri
(tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mugkin belajar menghadapi ujian
karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
Murid berprestasi rendah dan sulit didekati
Jere
Brophy (1998) mendeskripsikan strategi untuk meningkatkan motivasi dua
jenis murid yang susah didekati dan berprestasi rendah ini: (1) murid
yang tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk
belajar, dan (2) murid yang tidak tertarik atau terasing.
Murid yang Tidak Bersemangat ( kurang memiliki motivasi )
Murid jenis ini ada 3:
1. Murid Berprestasi Rendah dengan Ekspektasi Kesuksesan yang Rendah.
Murid
jenis ini perlu terus-menerus diyakinkan bahwa mereka bisa mencapai
tujuan dan menghadapi tantangan yang telah Anda tentukan untuk mereka
dan Anda perlu membantu mereka untuk mencapai sukses. Bantu mereka dalam
menentukan tujuan pembelajaran dan beri dukungan untuk mencapai tujuan
itu.
2. Murid dengan Sindrom Kegagalan.
Sindrom kegagalan adalah murid memiliki ekspektasi rendah untuk meraih kesuksesan dan menyerah saat menghadapi kesulitan awal.
Murid
dengan sindrom kegagalan tidak mau berusaha keras, sering kali
menjalankan tugas dengan setengah hati dan cepat menyrah saat pertama
kali menghadapi kesulitan.
3. Murid yang Termotivasi untuk Melindungi Harga Dirinya dengan Menghindari Kegagalan.
Beberapa
murid sangat ingin melindungi harga dirinya dan menghindari kegagalan
sehingga mereka tidak mau mengejar tujuan pembelajaran dan menjalankan
strategi pembelajaran yang tidak efektif .
Berikut ini beberapa strategi
untuk melindungi harga diri dan menghindari kegagalan mereka
1. Nonperformance. Taktik tidak mau mencoba (nonperformance)
ini antara lain: tampak ingin menjawab pertanyaan guru tetapi berharap
guru memanggil murid lain, menunduk di bangku agar tidak dilihat oleh
guru, dan menghindari kontak mata.
2. Berpura-pura.
Tingkah pura-pura yang lazim misalnya pura-pura bertanya meskipun
mereka sudah tahu jawabannya, menampakkan ekspresi pasif dan rasa ingin
tahu, dan menghindari perhatian selama diskusi kelas.
3. Menunda-nunda. Murid yang menunda belajar sampai menjelang ujian dapat menghubungkan kegagalan mereka pada manajemen waktu yang buruk.
4. Menentukan tujuan yang tak terjangkau. Dengan menetapkan tujuan setinggi-tingginya sehingga kesuksesannya menjadi mustahil.
5. “Kaki kayu akademik”.
Misalnya, murid mungkin mengaitkan hasil buruk ujian dengan kecemasan
yang dialaminya. Gagal karena cemas tampaknya tak seburuk jika gagal
karena tak mampu.
Martin
Covington dan rekan-rekannya mengsulkan sejumlah strategi untuk
membantu murid mengurangi kesibukannya melindungi harga dirinya dan
menghindari kegagalan:
- Beri murid ini tugas yang menarik dan memicu rasa ingin tahu mereka. Setelah keahlian mereka meningkat, naikkan tingkat kesulitan tugasnya.
- Buat sistem imbalan/hadiah sehingga semua murid—bukan hanya murid yang cerdas dan berprestasi saja—dapat memperoleh hadiah itu jika mereka mau berusaha keras.
- Bantu murid menentukan tujuan yang menantang namun realistis, dan beri mereka dukungan akademik dan emosional dalam rangka mencapai tujuan itu.
- Perkuat asosiasi antara usaha dan harga diri. Usahakan murid untuk berbangga atas usaha yang mereka lakukan dan minimalkan perbandingan sosial.
- Dorong murid untuk memegang keyakinan positif terhadap kemampuan mereka sendiri.
- Tingkatkan hubungan guru-murid dengan menekankan peran Anda yang akan membimbing dan mendukung usaha pembelajaran murid, bukan berperan sebagai figur otoriter yang mengontrol perilaku murid.