Jumat, 20 Juni 2014

Motivasi, Pengajaran, dan Pembelajaran

Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.Contoh pada Terry Fox.  Mengapa Terry Fox menyelesaikan larinya? Ketika Terry Fox masuk rumah sakit karena kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Jadi, motivasi dari tidakannya berlari itu adalah untuk memberi tujuan bagi hidupnya dengan membantu orang lain yang mengidap kanker. Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan) dan gigih (bertahan lama). Selama berlari melintasi Kanada, dia menjumpai banyak rintangan. Tindakannya merupakan contoh dari bagaimana motivasi dapat membantu kita bertahan dan mencapai sesuatu.Seperti contoh Terry Fox,motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Jka murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dia mempunyai motivasi besar. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
 
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapi tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan atau hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mugkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
 
Murid berprestasi rendah dan sulit didekati
Jere Brophy (1998) mendeskripsikan strategi untuk meningkatkan motivasi dua jenis murid yang susah didekati dan berprestasi rendah ini: (1) murid yang tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk belajar, dan (2) murid yang tidak tertarik atau terasing.

Murid yang Tidak Bersemangat ( kurang memiliki motivasi )
Murid jenis ini ada 3:
1. Murid Berprestasi Rendah dengan Ekspektasi Kesuksesan yang Rendah.
Murid jenis ini perlu terus-menerus diyakinkan bahwa mereka bisa mencapai tujuan dan menghadapi tantangan yang telah Anda tentukan untuk mereka dan Anda perlu membantu mereka untuk mencapai sukses. Bantu mereka dalam menentukan tujuan pembelajaran dan beri dukungan untuk mencapai tujuan itu.
2. Murid dengan Sindrom Kegagalan.
Sindrom kegagalan adalah murid memiliki ekspektasi rendah untuk meraih kesuksesan dan menyerah saat menghadapi kesulitan awal.
Murid dengan sindrom kegagalan tidak mau berusaha keras, sering kali menjalankan tugas dengan setengah hati dan cepat menyrah saat pertama kali menghadapi kesulitan.
3. Murid yang Termotivasi untuk Melindungi Harga Dirinya dengan Menghindari Kegagalan.
Beberapa murid sangat ingin melindungi harga dirinya dan menghindari kegagalan sehingga mereka tidak mau mengejar tujuan pembelajaran dan menjalankan strategi pembelajaran yang tidak efektif .
Berikut ini beberapa strategi untuk melindungi harga diri dan menghindari kegagalan mereka
1.   Nonperformance. Taktik tidak mau mencoba (nonperformance) ini antara lain: tampak ingin menjawab pertanyaan guru tetapi berharap guru memanggil murid lain, menunduk di bangku agar tidak dilihat oleh guru, dan menghindari kontak mata.
2.      Berpura-pura. Tingkah pura-pura yang lazim misalnya pura-pura bertanya meskipun mereka sudah tahu jawabannya, menampakkan ekspresi pasif dan rasa ingin tahu, dan menghindari perhatian selama diskusi kelas.
3.  Menunda-nunda. Murid yang menunda belajar sampai menjelang ujian dapat menghubungkan kegagalan mereka pada manajemen waktu yang buruk.
4.   Menentukan tujuan yang tak terjangkau. Dengan menetapkan tujuan setinggi-tingginya sehingga kesuksesannya menjadi mustahil.
5.   “Kaki kayu akademik”. Misalnya, murid mungkin mengaitkan hasil buruk ujian dengan kecemasan yang dialaminya. Gagal karena cemas tampaknya tak seburuk jika gagal karena tak mampu.
Martin Covington dan rekan-rekannya mengsulkan sejumlah strategi untuk membantu murid mengurangi kesibukannya melindungi harga dirinya dan menghindari kegagalan:
Beri murid ini tugas yang menarik dan memicu rasa ingin tahu mereka. Setelah keahlian mereka meningkat, naikkan tingkat kesulitan tugasnya.
Buat sistem imbalan/hadiah sehingga semua murid—bukan hanya murid yang cerdas dan berprestasi saja—dapat memperoleh hadiah itu jika mereka mau berusaha keras.
Bantu murid menentukan tujuan yang menantang namun realistis, dan beri mereka dukungan akademik dan emosional dalam rangka mencapai tujuan itu.
-   Perkuat asosiasi antara usaha dan harga diri. Usahakan murid untuk berbangga atas usaha yang mereka lakukan dan minimalkan perbandingan sosial.
  Dorong murid untuk memegang keyakinan positif terhadap kemampuan mereka sendiri.
-   Tingkatkan hubungan guru-murid dengan menekankan peran Anda yang akan membimbing dan mendukung usaha pembelajaran murid, bukan berperan sebagai figur otoriter yang mengontrol perilaku murid.

Kamis, 12 Juni 2014

Pedagogi dan Andragogi


Halo, kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang pedagogi dan andragogi yang terkait dengan tugas dari mata kuliah psikologi pendidikan :)

Sebelum saya ceritakan pengalaman saya, mari kita bahas sebentar pengertian dari pedagogi dan andragogi. Apasih pedagogi dan andragogi itu?

Paedagogi berasal dari bahasa Yunani (παιδαγωγέω paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω ági: ) atau paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak majikannya. Termasuk didalamnya mengantarkan ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti membawakan alat musiknya). Paedagagos berasal dari kata “paid” yang artinya “anak” dan “agogos” yang artinya “memimpin atau membimbing”. Darikata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar. Paedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara mengajar di sekolah.

 

Istilah andragogi diambil dari bahasa Yunani. andr dan agogo. Andr artinya dewasa dan agogo berarti membimbing atau mengamong. Jadi, andragogi adalah kegiatan membimbing atau mengamong orang dewasa. Sejak tahun tujuh puluhan, andragogi diberi arti sebagai ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar (andragogy is the science and arts of helping adults learn). Andragogi merupakan proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997). Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:
  1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
  2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
  3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
  4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang. 

Setelah kita tau apa itu pedagogi dan andragogi, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya yang terkait dengan pedagogi dan andragogi tersebut :)

Saya mengalami pedagogi dimulai pada saat saya masih TK hingga saya SMA. Dimana pada saat itu saya masih tergantung kepada guru. Saya masih menunggu perintah atau arahan dari guru untuk melakukan sesuatu. Contohnya saja pada saat saya masih TK, saya mengikuti apa yang diperintahkan guru seperti menggunting kertas atau menempel kertas tersebut. Pada saat itu juga saya memakai pakaian seragam untuk sekolah. Selain itu saya masih harus dibentuk belum bisa menjadi sumber belajar, karena pada saat itu sumber belajar masih berpatokan kepada guru. Orientasi dalam belajar juga berupa bahan ajar (subject-centered). Motivasi belajar saya masih dengan pujian dan tepuk tangan jika saya mendapat sebuat prestasi dan dengan hukuman jika saya melakukan kesalahan.

Selain pedagogi, saya juga sudah mengalami andragogi saat ini karena saya sudah memasuki perkuliahan. Dimana pada saat ini saya semakin mengarahkan diri saya, sudah tidak tergantung pada dosen. Pada saat ini juga saya sudah dituntut untuk berinisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu tanpa perintah dari dosen. Di perkuliahan juga sudah tidak memakai pakaian seragam lagi, akan tetapi saya tetap dituntut untuk memakai pakaian yang sesuai dengan aturan yang ada dikampus saya. Orientasi dalam belajar juga sudah berupa tugas dan masalah (task for problem centered). Motivasi belajar saya saat ini berupa dorongan dari dalam diri saya sendiri. Yaitu jika saya ingin mendapat sesuatu yang baik maka saya harus melakukan sesuatu yang baik juga. Dan jika saya melakukan sesuatu yang tidak baik maka saya akan mendapatkan yang tidak baik pula. Jadi pada saat ini segala sesuatu itu tergantung dari dorongan dalam diri saya sendiri.


sekian pengalaman saya yang terkait dengan pedagogi dan andragogi. Terima kasih :)